Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Desember 2011



Pada awalnya, penelitian
tindakan (action research)
dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial
(terma- suk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap
suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini
dija- dikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk
mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan
dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan eva- luasi digunakan sebagai
masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan.
Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan
tindakan selanjutnya.



Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah
suatu bentuk peneli- tian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan
dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik
yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan
dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam
tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan
profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik
yang dilaksana- kannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di
mana praktik tersebut dilaksanakan.



Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik
pembelajaran, pene-litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Reserach
(CAR). PTK adalah
penelitian
tindakan
yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran
berlangsung. PTK dilaku- kan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas.



Suharsimi
(2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu
“Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”.
Makna setiap kata tersebut
adalah sebagai berikut.



Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan
menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.



Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.



Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah
ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan
karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah
arahan guru.



Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam
sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut.



  1. Siswa, dapat dicermati obyeknya
    ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan
    tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin
    siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis,
    kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.

  2. Guru, dapat dicermati ketika yang
    bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan
    tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode
    atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan
    sebagainya.

  3. Materi pelajaran, dapat dicermati
    ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang
    ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi
    sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian
    materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.

  4. Peralatan
    atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan
    menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu.
    Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang
    dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan
    media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.

  5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari
    tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus
    ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang
    dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru, atau perilaku
    belajar siswa itu sendiri.

  6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di
    kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk
    perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan
    menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan
    lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya.

  7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat
    diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang
    pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan
    siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan
    ruang kelas, dan lain sebagainya.



Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta
didik yang sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar,
maka permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah
sebagai berikut.



  1. Masalah belajar siswa di sekolah,
    seperti misalnya permasalahan pem- belajaran di kelas, kesalahan-kesalahan
    dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain sebagainya.

  2. Pengembangan profesionalisme guru
    dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi
    program dan hasil pembela- jaran.

  3. Pengelolaan dan pengendalian,
    misalnya pengenalan teknik modifi- kasi perilaku, teknik memotivasi, dan
    teknik pengembangan potensi diri.

  4. Desain dan strategi pembelajaran di
    kelas, misalnya masalah pengelo- laan dan prosedur pembelajaran,
    implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran (misalnya
    penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar baru),
    interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran yang
    didasarkan pada pendekatan tertentu).

  5. Penanaman
    dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola
    berpikir ilmiah dalam diri siswa.

  6. Alat
    bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan,
    dan sumber belajar di dalam/luar kelas.

  7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti
    misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan
    instrumen penilaian berbasis kompetensi, atau penggunaan alat, metode
    evaluasi tertentu

  8. Masalah kurikulum, misalnya
    implementasi KBK, urutan penyajian meteri pokok, interaksi antara guru
    dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, atau
    interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.



Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan
dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal
ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan
pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus
meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang
melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh
guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda
yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.



 



 














 



 



 



 



 



 



 



 




Pada awalnya, penelitian
tindakan (action research)
dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial
(terma- suk pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap
suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kijian ini
dija- dikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk
mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan
dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan eva- luasi digunakan sebagai
masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan.
Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan
tindakan selanjutnya.



Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah
suatu bentuk peneli- tian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan
dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik
yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan
dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam
tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan
profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik
yang dilaksana- kannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di
mana praktik tersebut dilaksanakan.



Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik
pembelajaran, pene-litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Reserach
(CAR). PTK adalah
penelitian
tindakan
yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran
berlangsung. PTK dilaku- kan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas.



Suharsimi
(2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu
“Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”.
Makna setiap kata tersebut
adalah sebagai berikut.



Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan
menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.



Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.



Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah
ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan
karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah
arahan guru.



Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam
sebuah kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut.



  1. Siswa, dapat dicermati obyeknya
    ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan
    tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin
    siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis,
    kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.

  2. Guru, dapat dicermati ketika yang
    bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan
    tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode
    atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan
    sebagainya.

  3. Materi pelajaran, dapat dicermati
    ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang
    ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi
    sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian
    materi, integrasi materi, dan lain sebagainya.

  4. Peralatan
    atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan
    menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu.
    Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang
    dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan
    media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.

  5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari
    tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus
    ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang
    dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru, atau perilaku
    belajar siswa itu sendiri.

  6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di
    kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk
    perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan
    menjadi lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan
    lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya.

  7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat
    diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang
    pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan
    siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan
    ruang kelas, dan lain sebagainya.



Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta
didik yang sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar,
maka permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah
sebagai berikut.



  1. Masalah belajar siswa di sekolah,
    seperti misalnya permasalahan pem- belajaran di kelas, kesalahan-kesalahan
    dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain sebagainya.

  2. Pengembangan profesionalisme guru
    dalam rangka peningkatan mutu perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi
    program dan hasil pembela- jaran.

  3. Pengelolaan dan pengendalian,
    misalnya pengenalan teknik modifi- kasi perilaku, teknik memotivasi, dan
    teknik pengembangan potensi diri.

  4. Desain dan strategi pembelajaran di
    kelas, misalnya masalah pengelo- laan dan prosedur pembelajaran,
    implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran (misalnya
    penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar baru),
    interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran yang
    didasarkan pada pendekatan tertentu).

  5. Penanaman
    dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola
    berpikir ilmiah dalam diri siswa.

  6. Alat
    bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan,
    dan sumber belajar di dalam/luar kelas.

  7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti
    misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan
    instrumen penilaian berbasis kompetensi, atau penggunaan alat, metode
    evaluasi tertentu

  8. Masalah kurikulum, misalnya
    implementasi KBK, urutan penyajian meteri pokok, interaksi antara guru
    dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, atau
    interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.



Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan
dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal
ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan
pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus
meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang
melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh
guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda
yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.



 



 














 



 



 



 



 



 



 



 


Kamis, 13 Oktober 2011

Mempersiapkan Generasi Muslim Kaffah

Ketika orang tua ditanya tentang anaknya, ' mau seperti apa anaknya ?, jawabannya, saya ingin dia lebih baik dari saya orang tuanya.
Hanya yang menjadi pertanyaan adalah, sudah sejauhmanakah seorang orangtua mempersiapkan anaknya untuk hari esok. Pada umumnya orang tua standar, yang pertama menjadi kekhawatirannya adalah . mazda ta'kulun ghada (apa yang kamu makan besok hari)? jarang bertanya 'ma ta'buduna ghada (apa yang kamu sembah besok hari)?
Kaitannya dengan mempersiapkan generasi muslim kaffah dihari esok, harus dipersiapkan sejak dini melalui pendidikan. Tentu pendidikan yang dapat mengisi intelektual, spritual dan emosional anak.
Ketiga aspek ini harus seimbang, seperti seimbangnya angin pada roda kenderaan. Agar diperoleh keseimbangan dari tiga ranah ini, orang tua harus ikut berperan aktif menentukan kriteria lembaga pendidikan tempat anak menimba ilmu, menentukan kriteria lingkungan tempat mereka tinggal ddan bersosialisasi, membuat suasana keluarga yang membuat mereka dapat tumbuh dengan baik.
Lembaga pendidikan yang baik adalah lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan pendidikan secara totaliter, artinya bukan hanya sekedar pengajaran dikelas yang hanya menjejali hapalan-hapalan simbol kepada siswa, tetapi juga memberikan keteladan dan pembiasaan perbuatan yang baik.
Lingkungan yang baik adalah, lingkungan dimana penduduknya memiliki tanggung jawab sosial menjaga lingkungannya dari virus-virus sosial yang merusak mental anak-anak.
keluarga yang baik adalah keluarga yang menanamkan nilai-nilai ilahiyah dalam kehidupan sehari-hari melalui perhatian, kasih sayang, penghargaan, pengakuan dan rasa aman.
Kesemua itu akan menjadi media tumbuhnya bibit-bibit anak-anak muslim yang kaffah. Bibit yang baik pada ditanam pada media yang rusak dan gersang akan sakit dan pertumbuhannya terganggu. Bibit yang baik akan tumbuh subur pada media tanam yang baik, perawatan yang baik, asupan makanan yang baik, cuaca yang seimbang serta akses memperoleh cahaya matahari yang cukup agar dapat melakukan fotosintesis mengolah asupan makanan menjadi energi.
Jadi apabila seorang orang tua berkeinginan anaknya menjadi generasi muslim yang kaffah, persiapkanlah sejak dini tiga hal yang tadi. yaitu pendidikan yang islami, lingkungan sosialisasi yang islami dan menciptakan suasana keluarga yang islami.

Senin, 15 Agustus 2011

Makna Kemerdekaan Hakiki

Setiap tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia di seluruh pelosok nusantara merayakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah. Mereka melakukan beragam aktifitas berupa perlombaan-perlombaan, unjuk keterampilan, pawai, kegiatan sosial dan beragam kegiatan lainnya dalam rangka menyambut hari bersejarah tersebut.
Perayaan itu memang layak dilakukan, mengingat banyaknya pengorbanan orang tua dulu dalam merebut kemerdekaan itu. Ada yang mengorbankan harta benda, tenaga bahkan nyawa sekalipun.
Perayaan itu sebenarnya hanya seremonial yang kadang kehilangan makna dan pesan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan diberbagai pelosok itu tidak sepenuhnya dapat membangkitkan nasionalisme yang kian hari semakin memudar. Anak-anak muda bangsa ini fisiknya masih berpostur mongolid, tetapi kepribadiannya sudah gaya bangsa Barat.
Keadaan semacam ini, bukan masalah orang-per orang, melainkan sudah menggejala ke tingkat nasional. Pemimpin-peminpin bangsa ini idealnya menjadi panutan, mereka malah menjual asset-asset negara ini ke negara lain dengan alasan untuk kesejahteraan masyarakat. Kalaupun asset tersebut mendatangkan kesejahteraan, itupun hanya dinikmati kalangan tertentu saja, sementara rakyat kebanyakan tetap saja tidak dapat menikmati kesejahteraan dari kekayaan negerinya.
Merdeka dari kekuasaan bangsa lain dalam artian diakui wilayahnya sebagai negara berdaulat, mungkin ya. tetapi sejauh ini kepentingan bangsa lain masih tetap menggerogoti negeri ini.
Kembali kepada kemerdekaan, lalu apa sebenarnya makna hakikat dari kemerdekaan itu sendiri bagi masing-masing individu?
Seseorang merdeka apabila terbebas dari hal-hal sebagaimana berikut:
a. Merdeka dari kebodohan.
b. Merdeka dari kemiskinan.
c. Merdeka dari kekangan hawa nafsu.
d. Merdeka dari kemaksiatan.
e. Merdeka dari penyakit
f. Merdeka dari lilitan hutang

Apabila seseorang sudah dapat membebaskan dirinya dari belenggu-belenggu di atas barulah dia disebut seorang yang merdeka.
Mari kita sambut perrayaan kemerdekaan bangsa ini dengan membebaskan diri kita dari hal-hal yang membelenggu kita. Merdeka.....!

Rabu, 10 Agustus 2011

Syetan Terbelenggu

Di Bulan Ramadhan syetan dibelenggu. apakah sebenarnya makna dibelenggu dalam matan hadits tersebut. apakah makna terbelenggu disini dalam makna hakiki seperti terdapat dalam gambar disamping? ataukah makna majazi dalam artian tidak bebas lagi menggoda anak Adam?
Apabila menggunakan makna hakiki, siapa yang bertugas membelenggu mereka, jenis apa belengguya dan dimana mereka di dibelenggu. Sementara apabila di gunakan makna majazi, apakah bermakna, mereka tidak mempunyai daya menggoda karena pertahanan cucu Adam begitu kuat?
Nah kalau digunakan makna hakiki, konsekwensinya, semua syetan penggoda dibelenggu selama Ramadhan, sehingga orang yang tidak berpuasapun termasuk non muslim bebas dari godaan mereka selama bulan ini? kenyataannya di negeri-negeri yang mayoritas non muslim, kemaksiatan terus berjalan sepanjang jam. di negara mayoritas muslim pun terdapat juga kekerasan, kemaksiatan, judi, perampokan terus berlangsung sekalipun dalam skala kecil.
Apabila menganalisa kenyataan di atas, penulis lebih setuju kalau makna dibelenggu di sana dalam arti majazi. artinya kekuatan dalam diri cucu Adam akibat puasa begitu kuat sehingga syetan tak kuasa menggoda.
Kalau demikian halnya, syetan itu akan terbelenggu kapanpun apabila pertahanan manusia kuat, tidak mesti di bulan Ramadhan. tetapi kalau pertahanannya lemah, syetan dengan leluasa menggoda manusia kapanpun.
Dalam diri manusia ada yang disebut dengan nafsu, nafsu itu dapat secara langsung menggerakkan manusia, dia akan berbuat sesuai dengan bisikan yang masuk padanya. Apabila bisikan akal lebih dominan, maka dia akan terbimbing, tetapi apabila akal tidak berdaya, maka syetanlah yang menguasai nafsu tersebut, sehingga yang perbuatan-perbuatan manusia cenderung menjerumuskannya sendiri.
Oleh karena itu, benarlah bahwa dengan puasa, dapat melemahkan nafsu sehingga mudah dikendalikan dan tunduk pada akal, dan syetan tidak mempunyai patner untuk mempengaruhi manusia. Pada kondisi ini, manusia menemukan jati dirinya sebagai hamba Allah yang seharusnya mengabdi pada Tuhan-Nya. Kondisi inilah yang kemudian disebut 'fithrah' (suci) atau kembali pada penciptaan awal.

Jumat, 22 April 2011

CINTA BUKAN SEX, SEX BUKAN CINTA

Cinta seperti matahari, ia tetap bercahaya. Walau malam menjelma, cahayanya pada bulan tetap menerangi kekadang ia juga gerhana tetapi akan kembali jua kecerahannya.
Cinta adalah santapan jiwa. Jiwa tanpa cinta bagai rumah yang kosong. Cinta tanpa menjiwai bagai layang-layang putus tali.
Cintu adalah buta…cinta tidak mengenal usia, paras rupa, mahupun kekayaan dan harta karun, tetapi dari keikhlasan dari hati setiap insan antara satu sama lain.
Tidak semua orang yang engkau cintai, mencintaimu dan sikap ramahmu kadang kala dibalas dengan sikap tidak sopan. Jika cinta suci tidak datang daripada tabiatnya, maka tidak ada gunanya cinta yang dibuat-buat.
Sayang tidak bermaksud cinta. Suka tidak serasi dengan cinta. Kagum tidak bererti cinta. Bangga tidak semestinya cinta. Cinta adalah CINTA .
Cinta itu seperti sinar matahari, memberi TANPA mengharap kembali. Cinta itu seperti sinar matahari, TIDAK MEMILIH siapa yang ia sinari. Cinta itu seperti sinar matahari yang MEMBERI KEHANGATAN DI HATI..
Cinta umpama ‘treasure hunt’. Cita cita dan tujuan kita satu untuk menuju ke penamat yang paling mengembirakan. Namun di dalam perjalanan kita akan menghadapi pelbagai rintangan dan cabaran. Andainya tidak mampu meneruskan, kita akan tersungkur dan hadiah utamanya akan di kebas oang lain. Tetapi tak usahlah kecewa. Walaupun hadiahnya tidak kita perolehi, tetapi keseronokannya kita sudah rasa. Jadi bercintalahsepenuh hati. Namun janganletakkan harapan terlalu tinggi.
Kekecewaan terlalu pahit untuk ditelan, terlalu payah untuk dilupakan namun dalam cinta pasti akan merasai kecewa dan dikecewakan walau bukan itu matlamat dalam setiap percintaan.
Kadangkala orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah menyatakan cintanya padamu kerana orang itu takut kau berpaling dan menjauhinya. Dan bila dia suatu masa hilang dari pandanganmu….kau akan menyedari dia adalah cinta yang tidak pernah kau sedari….
Cinta suatu yang indah, cinta boleh buat kita gundah, cinta buat hati berdarah dan cinta jua boleh membawa kesalan yang tak sudah

Kata-Kata Hikmah (bijak)

 Terimalah segala sesuatu yang timbul. Terimalah perasaan-perasaan anda, bahkan perasaan-perasaan yang anda ingin anda tidak miliki. Terimalah pengalaman-pengalaman anda, bahkan yang anda benci. Jangan menghakimi diri anda sendiri karena anda punya kekurangan dan kelemahan. Belajar melihat semua fenomena dalam pikiran sebagai sesuatu yang alami dan bisa dimengerti. Coba untuk selalu bersikap menerima tanpa pamrih sesuai dengan segala sesuatu yang anda alami.
 Jika kita tidak kesepian di tengah khalayak ramai ataupun di pegunungan yang
sunyi, maka kita adalah orang yang mampu mengetahui bagaimana menikmati
kebebasan mutlak.
 Anggap semua masalah sebagai tantangan. Pandanglah hal-hal yang negative yang timbul sebagai peluang-peluang untuk belajar dan bertumbuh. Jangan lari darinya, nyatakan bahwa diri anda salah dan kubur beban anda dengan membungkam seperti orang saleh, anda punya masalah ? bagus, lebih banyak lagi tantangan untuk dipecahkan. Bergembiralah, tangani dan selidiki.
 Jika kita ingin mencapai status untuk diri kita sendiri, kita hanya perlu melakukan apa yang bisa membantu orang lain. Bukankah mereka yang ingin membersihkan wajah mereka terlebih dahulu harus mengelap bersih permukaan cermin.
 Apa yang anda kira adalah masalah berasal dari pikiran anda sendiri, apa yang anda kira adalah kegembiraan berasal dari pikiran anda sendiri. Kebahagiaan anda tidak tergantung kepada sesuatu apapun dari luar.
 Kamu belum mengalami saat-saat yang sempurna, sekalipun kamu memiliki banyak uang, kecuali kamu telah melakukan sesuatu untuk seseorang yang tidak akan pernah bisa membalasmu
 Kita bertahan hidup dengan apa yang kita dapat, tetapi kita kita menjalani hidup dari apa yang kita berikan
 Gunung tinggi, jurangnya dalam. Setiap kelebihan, selalu diikuti kekurangan.

Contoh Model-Model Pembelajaran Yang Cocok Untuk Pemebelajaran PAI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk berbudaya yang dinamis. Salah satu wujud kebudayaan manusia yang dinamis dan senantiasa sarat dengan perkembangan adalah bidang pendidikan. Oleh karena itu, perubahan serta perkembangan pendidikan adalah sebuah keniscayaan yang terjadi seiring dengan perubahan budaya manusia itu sendiri. Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan terhadap berbagai sektor pendidikan ke arah yang lebih baik sebagai langkah antisipatif terhadap kebutuhan di masa mendatang.
Berbicara tentang pendidikan tentu tidak akan dapat dipisahkan dari pembahasan terhadap komponen yang melekat dengan pendidikan itu sendiri, yaitu kurikulum, guru dan siswa, karena ketiga komponen tersebut saling terkait satu sama lain dalam membentuk sebuah proses pembelajaran yang optimal. Sebuah studi menyebutkan bahwa proses pembelajaran di tingkat dasar menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, meskipun tidak dipungkiri bahwa mutu pendidikan telah mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Selama ini pembelajaran di tingkat dasar cenderung text book oriented dan terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa dipahami dengan baik. Di sisi lain, kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna. Hal ini tentu saja sangat bertolak belakang dengan peran dan posisi guru sebagai salah satu pilar penentu suksesnya sebuah pembelajaran.
Mencermati keadaan tersebut di atas, maka perlu adanya sebuah perubahan dan pembaharuan, inovasi, ataupun gerakan perubahan mind set ke arah pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, dan khususnya tujuan pembelajaran. Salah satu langkah konkrit yang dapat ditempuh untuk merealisasikan perubahan tersebut adalah itikad baik dari para guru untuk mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran yang merupakan bagian terpenting dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Sejalan dengan paparan tersebut di atas, maka ketepatan dalam memilih metode, strategi dan pendekatan dalam mendisain model pembelajaran yang berguna dalam menciptakan iklim belajar PAKEM harus senantiasa diupayakan oleh seorang guru. Satu hal yang penting untuk disadari, bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling baik, atau sebuah model pembelajaran lebih baik dari model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya sebuah model pembelajaran, atau ketepatan pemilihan sebuah model pembelajaran akan sangat tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru itu sendiri dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada. Oleh karena itu, keanekaragaman model pembelajaran yang disampaikan dalam makalah ini lebih merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat.

B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini membahas tentang pengertian, jenis-jenis dan langkah-langkah model pembelajaran yang dapat dipilih untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Bahan ajar ini merupakan panduan bagi peserta diklat untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang model-model pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dan pada tahap selanjutnya peserta diklat dapat mengimplementasikannya di sekolahnya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di sekolahnya.
.Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta diklat mampu memahami bahwa ketepatan pemilihan model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti pembelajaran, diharapkan peserta diklat mampu :
1. Memilih model pembelajaran yang tepat berdasarkan kondisi siswa
2. Memilih metode dan model berdasarkan tujuan pembelajaran
3. Memilih metode berdasarkan karakteristik materi pelajaran
4. Menjelaskan penerapan model pembelajaran yang cocok untuk materi PAI













BAB II
MODEL PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
UNTUK MATA PELAJARAN PAI

A. Memilih Metode Dan Model Berdasarkan Kondisi Siswa
Melvin Silbermen melengkapi pernyataan Confucius mengenai tiga macam cara belajar yang berbeda—belajar dengan mendengar, dengan melihat, dan dengan melakukan—dengan menyatakan:
What I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa).
What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand (apa yang saya dengar, lihat, pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai memahami).
What I hear, see, discuss and do, I ackquire knowledge and skill (apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan saya lakukan, saya mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan).
What I teach to another, I master (apa yang saya ajarkan kepada orang lain, saya menguasainya).
Cara belajar yang demikian akan dapat melayani banyak siswa yang tentu berbeda-beda gaya belajarnya. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki menyebutkan tiga tipe orang dengan gaya belajar yang berbeda yaitu:
(1) tipe visual; Orang-orang tipe visual lebih mengingat apa yang dilihat dari pada apa yang didengar, pembaca cepat dan tekun, tidak begitu terganggu oleh kebisingan, akan tetapi dia mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis.
(2) tipe auditorial; orang-orang verbal lebih mampu belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat atau dibaca, senang membaca dengan suara keras dan mendengarkan, sulit untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar, dan bermasalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi.
(3) tipe kinestetik; orang-orang kinestetik lebih mampu belajar dengan praktik, banyak menggunakan isyarat tubuh, berkeinginan untuk melakukan segala sesuatu, menyukai permainan yang menyibukkan, berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, dan tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama.
Tipologi di atas tidak berarti setiap orang hanya memiliki satu gaya belajar, akan tetapi dia memiliki kecenderungan untuk lebih mampu belajar dan menguasai suatu pengetahuan atau ketampilan dengan metode belajar yang sesuai dengan tipe dirinya. Karena itulah guru sedapat mungkin menerapkan metode-metode belajar yang dapat memfasilitasi keberagaman tipe belajar dan membuat siswa aktif.
Active Learning juga didasarkan atas asumsi bahwa :
1. Pembelajaran hanya bisa terjadi jika siswa merasa terlibat aktif secara mental maupun fisik.
2. Setiap siswa memiliki potensi untuk bisa dikembangkan dengan menggunakan berbagai metode belajar—melalui diskusi, presentasi, peragaan, melakukan, dsb.
3. Peran guru lebih sebagai fasilitator pembelajaran. Paradigma pembelajaran sekarang ini adalah Student Centred Learning, pembelajaran berpusat pada siswa; dan tidak mengikuti paradigma banking concept yang mengandaikan siswa ibarat tabung kosong yang hanya pasif menerima pelajaran. Siswa didorong untuk bisa memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri.

B. MEMILIH METODE DAN MODEL BERDASARKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses kegiatan pembelajarannya mengacu pada taksonomi Tujuan Pembelajaran (Bloom Dkk.), sbb.:
1. Kognitif; memiliki enam level; secara berurut dari level yang paling rendah adalah:
(1) Mengetahui; mengingat fakta, kata-kata, istilah, konsep, prinsip, aturan dsb.
(2) Memahami; menafsirkan sesuatu, mengungkapkan dalam bentuk lain, menyatakan dengan kata-kata sendiri, menduga sesuatu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
(3) Menerapkan; menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi baru.
(4) Menganalisis; menguraikan suatu keseluruhan dalaam bagian-bagian, serta menghubungkan antara bagian-bagian itu.
(5) Mensintesis; menghubungkan bagian-bagian dan secara kreatif membentuk sesuatu yang baru.
(6) Mengevaluasi; menggunakan kriteria untuk menilai sesuatu.

2. psikomotor; ada lima level, secara berurut dari yang paling rendah adalah sbb.:
(1) melakukan gerakan fisik, misalnya berjalan, berlari, meniru.
(2) Menunjukkan kemampuan perseptual secara visual, auditif, kinestetik, serta mengkoordinasi seluruhnya.
(3) Memperlihatkan kemampuan fisik yang mengandung ketahanan kekuatan, kelenturan, luwes, kelincahan, kecepatan reaksi.
(4) Melakukan kegiatan yang terampil serta terkoordinasi dalam permainan, simulasi, kesenian, atau olah raga.
(5) Mengadakan komunikasi non verbal, yakni dapat menyampaikan pesan melalui gerakan—muka, tangan, penampilan, ekspesi kreatif.

3. afektif; berkenaan dengan kesadaran, perasaan, dan penilaian akan sesuatu, ada lima level, secara berurut dari yang paling rendah adalah sbb.:
(1) Menerima/memperhatikan; menunjukkan minat, sadar akan adanya kondisi, situasi, atau masalah tertentu; kesediaan mendengarkan nasehat, menghadiri,
(2) Merespon; memberi reaksi terhadap situasi, kondisi, kegiatan sambil menunjukkan rasa puas.
(3) Menghargai; menerima suatu nilai, mengutamakannya, bahkan menaruh komitmen terhadap nilai itu, karena percaya atas kebaikan nilai itu.
(4) Mengorganisasi nilai; mengkonsep-sualisasi dan mensistematisasi dalam pikiran.
(5) Mengkarakterisasi nilai-nilai; menginter-nalisasi, menjadikannya bagian dari diri-pribadinya sebagai pandangan hidup.
Apapun metode dan model pembelajaran yang kita pilih perlu diselaraskan pada tujuan pembelajaran dan jenis kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai siswa.

C. Memilih Metode Berdasarkan Karakteristik Materi Pelajaran
Materi pelajaran fiqh ada yang berupa fakta, konsep, prosedur dan prinsip.

Karakteristik materi Penjelasan Contoh Metode & model pembelajaran
FAKTA Materi berupa informasi tentang Realitas, peristiwa, orang, tahun, tempat, jumlah, ukuran, yang menekankan pada ingatan/hafalan. Jenis air untuk bersuci, benda-benda najis, waktu salat, miqat haji-umrah, do’a, zikir. Membaca, Menghafal, information search, index card match, cardsort, talking stick.
KONSEP Materi berupa pengertian, definisi yang membutuh-kan tingkat kognisi pemahaman. Pengertian Puasa, salat, thaharah, jual-beli, perbedaan zakat, sadaqah, hadiah, dan infak. Ceramah, tanya jawab, diskusi, resitasi.
information search, talking stick, every one is s teacher here, poster comment, team quiz, the power of two.
PROSEDUR Materi berupa urutan melakukan, mengerjakan, atau membuat sesuatu yang membutuhkan kognisi tingkat penerapan, dan keterampilan serta kemahiran psikomotor. Rukun salat dan wudlu, memandikan, mengkafani, mensalati, memakamkan janazah, proses akad nikah, thawaf, sya’i, melontar jamarat. Demonstrasi, drill, praktik, resitasi, every one is a teacher here, poster session, modelling, billboard ranking (modifikasi), role playing.
PRINSIP Materi berupa hubungan antar konsep yang meng-gambarkan sebab-akibat, generalisasi, hukum yang membutuhkan tingkat kognisi tinggi, seperti analisa, sintesa, dan penilaian. Penggunaan kongnisi tinggi dapat menjadi alat pembentukan kesadaran mental siswa. Ketentuan awal Ramadhan/ Syawal, pembagian waris, hukum poligami, ketentuan hukum kasus perceraian, ketentuan produk makanan halal/haram, hikmah puasa dan zakat. Diskusi, Project, kerja kelompok, problem solving poster comment, the power of two, jigsaw, snowballing, billboard ranking, concept map.

D. CONTOH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MATERI PAI
Berikut ini adalah contoh-contoh praktis model kegiatan pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif, udan menyenangkan (PAIKEM).

1. Jigsaw Learning
Teknik pembelajaran yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok” (group-to-group exchange), dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.
Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi pelajaran yang banyak, dapat dipelajari dengan disingkat atau “dipotong”, dengan ketentuan tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum bagian yang lain.
Setiap kali peserta didik mempelajari sesuatu yang dipadukan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, dibuat sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian.

Langkah-langkah:
1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Satu bagian dapat disingkat menjadi beberapa alenia atau beberapa halaman. Contohnya, antara lain:
o Materi tentang Al-Qur’an: tujuan, Manfaat, dan Proses Turunnya.
o Materi tentang Hadits Nabi SAW.: Pengertian, Fungsi, Cara Mempedomani.

2. Hitunglah jumlah bagian materi belajar dan jumlah peserta didik. Bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. Contoh : misalnya sebuah kelas terdiri atas 12 orang peserta. Anggaplah anda dapat membagi materi pelajaran dalam tiga bagian, kemudian anda dapat membentuk tiga kwartet (kelompok belajar yang terdiri dari empat orang) dengan tugas membaca, berdiskusi, dan mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka.

3. Setelah selesai, bentuklah kelompok ”Jigsaw Learning”. Setiap kelompok mempunyai seseorang wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas. Setiap anggota masing-masing kwartet menghitung 1,2,3, dan 4. kemudian bentuklah kelompok peserta didik ”Jigsaw Learning” dengan jumlah sama. Hasilnya akan terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang (trio). Dalam setiap trio akan ada seorang peserta yang mempelajari bagian 1, seorang untuk bagian 2, dan seorang lagi bagian 3.

4. Mintalah anggota kelompok “Jigsaw” untuk mengajarkan materi yang telah dipelajari kepada yang lain.
5. Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberi ulasan dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat.

Variasi
1. Berikan tugas baru, seperti menjawab pertanyaan kelompok tergantung akumulasi pengetahuan anggota kelompok jigsaw.
2. Berikan tanggung jawab kepada peserta didik yang lain guna mempelajari kecakapan daripada informasi kognitif. Mintalah peserta didik mengajari peserta lain kecakapan yang telah mereka pelajari.

2. Everyone Is a Teacher Here (Everyone can be a teacher)
Setiap Orang adalah Guru; ini merupakan sebuah model strategi yang mudah memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang ”pengajar” terhadap peserta didik lain.

Langkah-langkah:
1. Bagikan kartu indeks kepada setiap peserta didik. Mintalah para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas. Contoh : guru menetapkan tugas bagi kelas untuk diskusi/membahas tentang “Ciri-ciri Orang yang mencintai Al-Qur’an dan Rasulullah SAW.” dengan membagikan kartu indeks guru meminta peserta didik menulis sebuah pertanyaan tentang masalah seputar topik yang perlu dibahas. Pertanyaan tersebut dikumpulkan kepada guru, kemudian dibagikan lagi kepada siswa untuk direspons.
2. Kumpulkan kartu, kocok dan bagikan satu pada setiap siswa. Mintalah siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
3. Panggilah sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka peroleh dan memberi jawaban.
4. Setelah diberi jawaban, mintalah siswa lain di dalam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang sukarelawan.
5. Lanjutkan selama masih ada sukarelawan.

Variasi
1. Pegang kartu yang Anda kumpulkan, bentuklah sebuah panel responsden. Baca setiap kartu dan ajaklah diskusi. Putarlah anggota panel secara berkala.
2. Mintalah peserta didik menulis sebuah opini atau observasi yang mereka miliki pada kartu tentang materi pelajaran. Mintalah peserta lain setuju atau tidak dengan opini atau observasi tersebut.

3. Team Quiz (Menguji Tim)
Teknik ini meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
Sebagai contoh, Teknik ini bisa digunakan untuk membahas “Isi Kandungan Ayat/Surat Pendek al-Qur’an, penerapan isi kandungan ayat, atauhukum tajwid”

Langkah-langkah:
1. Pilihlah topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian.
2. Bagilah peserta didik menjadi 3 tim.
3. Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah presentasi. Batasi presentasi sampai 10 menit atau kurang.
4. Minta tim A sebagai pemimpin kuis, untuk menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini tidak memakan waktu lebih dari 5 menit untuk persiapan. Tim B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka.
5. Tim A menguji anggota tim B. Jika Tim B tidak bisa menjawab, Tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6. Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota Tim C, dan ulangi prosesnya.
7. Ketika kuis selesai, lanjutkan dengan bagian kedua pelajaran Anda, dan tunjuklah Tim B sebagai pemimpin kuis.
8. Setelah Tim B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan bagian ketiga dan tentukan tim C sebagai pemimpin kuis.

Variasi:
1. Berikan kesempatan kepada tim ini untuk menyiapkan pertanyaan kuis dari yang mereka seleksi ketika mereka menjadi pemimpin kuis.
2. Lakukan satu pelajaran yang berkelanjutan. Bagilah peserta didik ke dalam dua tim. Di akhir pelajaran, biarkan kedua tim saling memberi kuis satu sama lain.

4. Poster Session (Membahas Poster)
Metode presentasi alternatif ini merupakan sebuah cara yang tepat untuk menginformasikan kepada peserta didik secara cepat, menangkap imajinasi mereka, dan mengundang pertukaran ide di antara mereka. Teknik ini juga merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang sekarang sedang dibahas.

Langkah-langkah:
1. Mintalah setiap peserta didik menyeleksi sebuah topik yang dikaitkan dengan topik umum atau yang sedang dipelajari. Misalnya:
• Isi kandungan atau penerapan QS. Al-Takatsur: ”Sikap Serakah, Penimbun Harta”.
• Isi kandungan QS. Al-Qari’ah dan al-Zalzalah: ”Kiamat, Hari Akhir”
2. Mintalah peserta didik mempersiapkan gambaran visual konsep mereka pada sebuah poster atau papan pengumuman (Anda tentukan ukurannya). Isi poster tersebut harus jelas, agar pengamat dapat dengan mudah memahami tanpa penjelasan tertulis atau lisan. Akan tetapi, peserta didik boleh saja memilih mempersiapkan satu halaman hand-out untuk mendampingi poster yang menerangkan lebih detil dan menayangkan bacaan lanjut.
3. Selama sesi kelas berlangsung, mintalah peserta didik memasang gambaran presentasi, dan dengan bebas berkeliling di ruangan memandang serta mendiskusikan poster yang lain.
Salah satu peserta menggambarkan akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram dengan membuat poster yang menunjukkan gambaran berikut, misalnya :
o Seseorang yang memiliki badan dengan perut buncit
o Orang-orang bingung mencari perlindungan dari kemurkaan alam.
o Tanda-tanda kiamat.
Di bawah masing-masing gambar di atas ada satu paragraf singkat yang menjelaskan bagaimana dan mengapa seseorang yang mengkonsumsi makanan/minuman haram bisa menunjukkan gejala atau terlibat dalam perkara yang digambarkan dalam poster.
4. Lima belas menit sebelum kelas selesai, berundinglah dengan seluruh kelas dan diskusikan keuntungan apa yang mereka peroleh dari kegiatan ini.

Variasi:
1. Anda boleh memilih untuk membentuk tim ke dalam 2 atau 3 bentuk daripada membuat tugas individual, terutama jika topiknya terbatas.
2. Lanjutkan sesi gambar dengan diskusi panel dengan menggunakan beberapa peraga sebagai panelis.

5. Information Search (Pencarian Informasi)
Metode ini sama dengan ujian open book. Tim mencari informasi (normalnya dilakukan dalam pelajaran dengan metode ceramah) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Metode ini khususnya sangat membantu dalam materi yang membosankan. Misal: ”Beriman kepada Zat dan Af’al Allah melalui Telaah QS. Al-Fatihah dan Al-Nas”.

Langkah-langkah:
1. Buatlah kelompok pertanyaan yang bisa dijawab dengan cara mencari informasi yang dapat dijumpai di sumber materi yang telah Anda buat untuk peserta didik. Sumber informasi bisa mencakup :
o Selebaran
o Dokumen
o Buku teks
o Buku panduan
o Komputer mengakses informasi
2. Berilah pertanyaan-pertanyaan tentang topik
3. Biarkan peserta didik mencari informasi dalam tim kecil.
Persaingan sehat bisa membantu untuk mendorong partisipasi.
4. Tinjau kembali jawaban selagi di kelas. Kembangkan jawaban untuk memperluas jangkauan belajar.
Variasi:
1. Buatlah pertanyaan yang memaksa peserta didik untuk menyimpulkan jawaban dari sumber informasi yang ada, daripada menggunakan pertanyaan yang bisa langsung dengan pencarian.
2. Daripada mencari jawaban pertanyaan, berilah peserta didik tugas yang berbeda seperti satu kasus untuk dipecahkan, latihan yang bisa mencocokkan butir-butir soal, atau menyusun acak kata. Jika tidak diacak, tunjukkan istilah penting yang terdapat pada sumber informasi.

6. Index Card Match/Make a Match (Mencocokkan Kartu Indeks)

Ini adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ia membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas.
Langkah-langkah:
1. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apa pun yang diajarkan didalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang cukup untuk menyamai setengah jumlah siswa.
2. Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
3. Campurlah dua lembar kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar tercampur.
4. Berikan satu kartu kepada setiap peserta didik. Jelaskan bahwa ini adalah latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan review dan sebagian lain memegang jawaban.
5. Perintahkan kepada peserta didik untuk menemukan kartu permainannya. Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk mencari tempat duduk bersama (beritahu mereka jangan menyatakan kepada peserta didik lain apa yang ada pada kartunya).
6. Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, perintahkan setiap pasangan menguji peserta didik yang lain dengan membaca keras pertanyaannya dan menantang teman sekelas untuk menginformasikan jawaban kepadanya.
Variasi:
1. Kembangkan kartu yang memuat kalimat dengan kata yang hilang yang harus dijodohkanbagi dengan kartu yang memuat kata yang hilang. Misalnya, ”Inna nahnu nazzalna l-zhikra wa inna lahu lahafidhun... ______ menunjukkan orisinalitas al-Qur’an.
2. Kembangkan kartu yang memuat pertanyaan dengan beberapa kemungkinan jawaban, misalnya, ”termasuk sifat jaiz bagi Allah ?” _____... Jodohkanlah semua itu dengan kartu yang memuat bermacam-macam jawaban yang sesuai. Ketika setiap pasangan menyampaikan kuis kelompok, mintalah mereka mendapatkan beberapa jawaban dari peserta didik lain.

7. Explisit Instruction (Pengajaran Langsung)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Contoh: “Adab bertamu, adab menrima tamu.

Langkah-langkah:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan


8. Card Sort (Memilah dan Memilih Kartu)
Ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu obyek, atau mengulangi informasi. Gerakan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih.
Langkah-langkah:
1. Berilah masing-masing peserta didik kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih kategori.
Berikut contoh kategori :
o Idhar
o Ikffa’
o Idhgham
o Iqlab
2. Mintalah peserta didik untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori sama (Anda bisa mengumumkan kategori tersebut sebelumnya atau biarkan peserta mencarinya).
3. Biarkan peserta didik dengan kartu kategorinya yang sama menyajikan sendiri kepada orang lain.
4. Selagi masing-masing kategori dipresentasikan, buatlah beberapa poin mengajar yang Anda rasa penting.

Variasi:
1. Mintalah setiap kelompok untuk membuat presentasi mengajar tentang kategori tersebut.
2. Pada awal kegiatan, bentuklah tim. Berilah masing-masing tim satu set kartu yang lengkap. Pastikan kartu tersebut dikocok, sehingga kartu kategori yang mereka sortir tidak jelas. Mintalah setiap tim untuk menyortir kartu ke dalam kategori. Setiap tim bisa memperoleh nilai untuk nomor kartu yang disortir dengan benar.

9. Talking Stick
Model strategi ini melatih siswa belajar dengan memfungsikan pendengaran dan pemikiran untuk berkonsentrasi, cermat dan cepat menangkap informasi. Pada taraf tertentu, bisa juga dikembangkan untuk melatih berfikir analogis. Dengan Model strategi ini seluruh siswa dalam kelas bisa terlibat aktif. Misal: untuk materi Iman Kepada Kitab Allah, Kemu’jizatan al-Qur’an”.
Langkah-langkah:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru atau dari siswa.
5. Guru memberikan kesimpulan
6. Evaluasi
7. Penutup.

10. Billboar Ranking
Banyak materi pelajaran yang tidak mengandung muatan benar atau salah. Ketika ada nilai-nilai, opini, ide, kecenderungan tentang topik yang diajarkan guru, model aktivitas belajar ini dapat digunakan untuk menstimulasi pemikiran dan diskusi. Misalnya topik tentang: hikmah salat dan puasa, yang memungkinkan orang dapat menambah dan mengurangi hikmah tersebut.

Langkah-langkah:
1. siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing beranggotalkan 4 sampai 6 orang.
2. berikan kepada kelompok daftar yang sama; misalnya tentang hal berikut ini (pilih salah satu):
 hikmah puasa, atau hikmah zakat.
 Kerugian bagi orang mukmin yang enggan mau salat.
3. berikan setiap kelompok kertas “post it” mintalah mereka untuk menuliskan tiap butir ide dalam daftar itu pada lembar terpisah.
4. berikutnya minta setiap kelomok untuk memilah-milah lembaran-lembaran post it sehingga poin-poin terpenting yang mereka pilih ada di puncak, dan sisanya ada pada urutan berikutnya secara beranking.
5. buatlah papan pengumuman, tempat setiap kelompok memajang pilihan urutan rankingnya. (CATATAN: kertas post it dapat dipindahkan ke papan tulis, flipchart, atau pada kertas plano).
6. bandingkan dan bedakan perankingan yang telah dipajang.

Variasi
 Upayakan untuk mencapai konsensus seluruh siswa.
 Mintalah siswa untuk mewawancarai anggota kelompok yang peringkatnya berbeda dengan peringkat mereka.

11. The Power of Two
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup

12. Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis (STEVEN & SLAVIN, 1995)
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
Variasi
Membaca dan menulis, di sini bisa digunakan untuk mentashih bacaan siswa, salah seorang membaca yang lain menyimak, membetulkan bacaan.


E. Praktek:
Team Quiz, Every One is a Teacher here
Kandungan QS. Al-Baiyyinah (Kelompok A)
                                                •      •         •                      •                    
1. orang-orang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
2. (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran),
3. di dalamnya terdapat (isi) Kitab-Kitab yang lurus[1594].
4. dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk.
8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

[1594] Yang dimaksud dengan isi Kitab-Kitab yang Lurus ialah isi Kitab-Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi seperti Taurat, Zabur, dan Injil yang murni.
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
Surat al Bayyinah, dinamakan A-Bayyinah seperti bunyi ayat pertyama; dinamakan al-Qaiyyimah seperti bunyi ayat ketiga bagian akhir. As Suyuthi menamainya dengan “Surat Ahlul Kitab”—sebagaimana tercantum dalam mushaf Ubey ibn Ka’ab.
Thabathaba’i menjelaskan bahwa ayat ini menguraikan risalah Muhammad SAW kepada seluruh Ahl Kitab dan kaum musyrikin. Surat ini menjelaskan risalah kerasulan termasuk ajaran dan petunjuk kepada manusia seluruhnya.
Sayyid Quthub, menjelaskan bahwa QS. Al-Bayyinah memaparkan hakekat kesejarahan dari keimanan. Hakikat pertama adalah Rasul Muhammad untuk mengalihkan ahli kitab dan musyrikin dari kesesatan. Ini butuh seseorang utusan. Hakekat kedua adalah ahli kitab, tidak berbeda pendapat tentang agama mereka. Ini terjadi karena kebodohan dan kekaburan ajaran mereka. Hakekat ketiga, adalah sumber-sumber agama pada mulanya adalah satu. Hakekat kempat adalah orang kafir yang menutupi kebenaran, padahal Rasul telah datang menjelaskan kepada mereka.








QS Al-Insyirah (Kelompok B)

                 •   •  •            
1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. yang memberatkan punggungmu[1584]?
4. dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu[1585],
5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain[1586],
8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

[1584] Yang dimaksud dengan beban di sini ialah kesusahan-kesusahan yang diderita Nabi Muhammad s.a.w. dalam menyampaikan risalah.
[1585] Meninggikan nama Nabi Muhammad s.a.w di sini Maksudnya ialah meninggikan derajat dan mengikutkan namanya dengan nama Allah dalam kalimat syahadat, menjadikan taat kepada Nabi Termasuk taat kepada Allah dan lain-lain.
[1586] Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.

Ulama sepakat, QS Al-Insyirah ini turun di Makkah sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Dinamakan Al-Insyirah, Alam Nasyrah, dan Al Syarh; semuanya menunjuk pada ayat pertamanya. Tema utamanya adalah:
(1) menenangkan hati Nabi Muhammad SAW menyangkut masa lalu dan yang akan datang.
(2) Menuntun berusaha sekuat tenaga dengan penuh optimisme.
(3) Al-Bika’i—ayat ini menjelaskan cara mensyukuri nikmat dengan beribadah secara maksimal kepada Allah. Ini semua diisyaratkan dari nama surat—al-Syarh (kelapangan dada).
Sebagian ulama tafsir berpendapat, surat ini merupakan kelanjutan dari QS al-Dhuha. Ini sesuai dengan urutan penulisan al-Qur’an dalan mushaf, redaksi dan kandungannya.

Al-Qar’iah (Kelompok C)
             ••         •          •               
1. Hari kiamat,
2. Apakah hari kiamat itu?
3. tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?
4. pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
5. dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
6. dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
7. Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8. dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
10. tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu?
11. (yaitu) api yang sangat panas.
Adalah surat ke 101; diturunkan sesudah al-Quraisy, termasuk surat Makkiyah. Nama surat ini diambil dari ayat yang pertama, yang berarti “mengetuk dengan keras”. Kemudian kata ini difahami sama dengan “kiyamat”.
Kandungannya, menjelaskan berakhirnya kehidupan dunia atas kehendak Allah; di saat seisi alam hancur lebur, hanya Allah yang hidup berkuasa. Setelah semua peristiwa kehancuran terjadi, manusia tinggal menunggu nasib, apakah timbangan amal baiknya berat atau sebaliknya, apakah mendapat kebahagiaan syurga atau sebaliknya kesengraraa di neraka.

Talking Stick, information search
Al-Qur’an

Dalam bahasa Arab, al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja qara’a – yaqra’ u--(qur’anan), artinya “bacaan”. Namun yang dimaksud bentuk masdar bagi al-Qur’an ini dimaknai dengan isim maf’ul (maqru’), artinya “yang dibaca”. Demikian penjelasan Subhi al-Salih.
Pemakaian kata qur’an di dalam al-Qur’an sebagaimana tertera dalam QS. Al-Qiyamah (75): 17-18:
•       •  
(17). Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (18). apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.

Secara Istilah, definisi al-Qur’an adalah: “Kalam Allah yang merupakan mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, secara berangsur-angsur, diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah”.
Selain merupakan mu’jizat terbesar di antara mu’jizat yang diterima oleh Rasulullah SAW, Al-Qur’an menjadi hujjah baginya dalam mendakwahkan risalahnya.

Adapun maksud diturunkannya al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam adalah memberi pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan ini, sehingga dapat mencapai keselamatan yang dicita-citakan. Menurut Quraish Shihab ada tiga tujuan utama diturunkannya al-Qur’an, yaitu:
1. petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia. Hal ini tersimpul dalam keimanan dan keesaan Tuhan, juga kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. petunjuk mengenai akhlak yang murni. Untuk itu perlu ada jalan yang menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia, baik secara individu maupun kolektif.
3. Petunjuk mengenai syari’at dan hukum, yaitu dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan dengan sesamanya.
Dengan demikian al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh umat manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan diakrerat. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah (2): 2 :

         
2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Dalam posisi Rasulullah sebagai khatamul anbiya’ wal mursalin (nabi dan rasul terakhir), maka al-Qur’an menjadi kitab suci penutup. Sejalan dengan itu, maka di samping ketiga tujuan utama tersebut ada tujuan lain diturunkannya al-Qur’an; yaitu menyempurnakan ajaran-ajaran Allah yang sudah diturunkan kepada para rasul sebelumnya.
Jigzaw, athe Power of Two
Diskusikan bersama teman kelompok
1. Proses Turunnya al-Qur’an (Kelompok A)
Menurut penjelasan Muhammad Ali Al-Shabuni dalam al- Tibyan fi Ulumi al-Qur’an, bahwa al-Qur’an itu diturunkan dalam dua tahap; pertama, al-Qur’an diturunkan dari Lauhil Mahfuzh ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar; kedua, dari langit dunia al-Qur’an turun ke bumi secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Dalam proses yang kedua ini ada beberapa cara tentang proses turunnya al-Qur’an; jelaskan!
2. Manfaat Diturunkan al-Qur’an (Kelompok B)
Diturunkannya al-Qur’an merupakan rahmatan lil alamin. Karena sifat Rahman dan Rahim Allah, maka al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur. Ada beberapa hikmah yang sekaligus dapat menunjukkan manfaat diturunkannya al Qur’an secara berangsur-angsur; jelaskan!

3. Alasan Penamaan Lain dari Al-Qur’an (Kelompok C)
Al-Qur’an mempunyai beberapa nama yang kesemua itu menunjukkan kedudukan yang tinggi dan luhur. Al-Quran adalah kitab samawi yang paling mulia, karenanya Allah memberi nama-nama antara lain: al-Furqon, al-Kitab, al-Tanzil, al-Zikr, dan al-Syifa’; jelaskan alasannya!
F. LATIHAN
1. Mengenal teori pembelajaran para tokoh:
Diskusikan dengan teman kelompok kalian tentang kegunaan dan penerapan teori mereka dalam pembelajaran.
Konfusius...
Silberman...
John Dewey...learning by doing
Edgar Dale...
Mursell ...
Maslow ...
J. Bruner ...
2. Prinsip-prinsip PAIKEM
a. Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
b. Memberi peluang kepada siswa untuk berinovasi.
c. Men jadikan siswa sebagai manusia kreatif.
d. Membangun komunikasi pembelajaran efektif.
e. ...





BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya, peran serta keberadaan seorang guru dalam sebuah prose pembelajaran sangatlah urgen karena guru merupakan salah satu penentu apakah sebuah proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai atau tidak. Mengingat peran penting guru tersebut, maka perlu kiranya disadari bahwa di pundak seorang guru tertumpu sebuah tanggung jawab yang tidak dapat dianggap ringan, yaitu memfasilitasi proses pembelajaran siswa di kelas menjadi sebuah pembelajaran yang beriklim menyenangkan dan menggairahkan, sehingga siswa akan termitivasi untuk belajar secara maksimal.
Hal yang perlu perhatian adalah, agar bisa terjadi kegiatan belajar pada siswa, maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar hanya mungkin terjadi jika ada interaksi antara siswa dengan sumber sumber belajar. Dan inilah yang seharusnya diusahakan oleh setiap pengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Untuk mendukung terwujudnya tujuan tersebut, maka guru dapat mencoba menerapkan berbagai bentuk model pembelajaran yang ada, atau bila memungkinkan, guru dapat berinovasi mencipatakan sendiri model pembelajaran yang akan digunakan, karena bagaimanapun juga, guru adalah orang yang paling memahami karakteristik dan kebutuhan siswanya. Melalui berbagai variasi metode dan model pembelajaran, siswa akan dapat banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang mereka miliki. Barang kali perlu direnungkan kembali ungkapan populer yang mengatakan : "Saya mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa".
Pemanfaatan model pembelajaran ini sebenarnya dimaksudkan untuk membantu agar kegiatan pembelajaran lebih efektif mencapai tujuan dan efisien. Sayangnya, masih ada yang beranggapan bahwa penggunaan berbagai model pembelajaran hanya menambah pekerjaan guru yang waktunya telah habis untuk mengejar target kurikulum. Anggapan demikian sebenamya tak perlu terjadi.

A. SARAN
Setelah mempelajari pembahasan tentang model-model pembelajaran, maka diharapkan para guru telah memahami apa itu model pembelajaran, jenis-jenis, dan langkah-langkah beberapa model pembelajaran. Selain itu, berbagai manfaat penggunaan model pembelajaran juga telah diketahui, begitu pula pengetahuan tentang bagaimana memilih model pembelajaran yang tepat, sekaligus teknik pelaksanaannya. Masalahnya sekarang adalah, maukah kita (guru) menerapkan model-model pembelajaran tersebut untuk siswanya. Sebagai seorang guru, memang tidak cukup hanya mengetahuinya saja. Namun yang lebih pebih penting dari itu adalah guru dituntut untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan baru tersebut dalam kegiatan pembelajaran demi keberhasilan proses pembelajaran.
Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada dengan menggunakan berbagai variasi model pembelajaran. Bukan hanya model pembelajaran yang ada dan telah lazim digunakan saja, melainkan juga model-model pembelajaran lain yang ditemukan sendiri oleh seorang guru. Oleh karena itu seorang guru harus terus berinovasi dan kreatif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat, akan sangat membantu keberhasilan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.
Nur, Muhammmad. 2000. Pembelajaran Langsung. Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya. University Press.
Shaleh, Abdul Rahman. 2005. Panduan Pembelajaran, Bina Mitra Pemberdayaan Madrasah. Jakarta : MP3A Departemen Agama RI.
Setiawan, Didang. 2006. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: LPMP.
Silberman, Mel. 2005. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: YAPPENDIS.
Zaini, Hisyam, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : CTSD.
http://www.blogger.com/profile/16851072440411287314noreply@blogger.c
http://beta.tnial.mil.id/cakrad.php3?id=150

Pemetaan Materi PAI

BAB I
PENDAHULUAN
Materi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah menjadi salah salah satu ciri khas dari Madrasah Ibtidaiyah. Pendidikan PAI yang dimaksudkan didalam bahan ajar ini adalah Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab.
Materi pembelajaran di madrasah pada umumnya merupakan hasil dari komporomi dan perpaduan pendidikan pesantren dan sekolah umum. Materi-materi umum diajarkan seratus persen dan materi agama juga diajarkan secara maskimal. Sehingga madrasah dianggap sebagai sekolah umum plus. Plus disini simaksudkan dengan maksimalnya pembelajaran agama, khususnya materi-materi pokok dalam keagaamaan.
Berhubung materi pembelajaran PAI menjadi materi khas dalam pembelajaran di MI, maka seyogiyanya pembejaran agama ini di kelola dan dilaksanakan secara maksimal, melalui persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik pula.
Persiapan pembelajaran yang dimaksuk menyangkut, pemilihan materi, pemetaan materi, pemilihan metode maupun model, persiapan pembelajaran berupa penyusunan RPP, pemilihan alat atau media pembelajaran dan menentukan evaluasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.
Dalam rangka mempersiapkan pembelajaran yang baik itu, bahan ajar ini sengaja disusun untuk membantu para tenaga pengajar khususnya guru-guru PAI di MI untuk mempersiapkan pengajaran yang maksimal dalam pembelajaran PAI, sehingga tujuan pembelajaran PAI dapat dicapai dengan baik.





BAB II
KONSEP PEMBELAJARAN DAN PEMETAAN MATERI PAI MADRASAH IBTIDAIYAH
A. Hakikat Pembelajaran PAI
1. Membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Salah satu tujuan dari pendidikan utama pendidikan Nasional adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, hal ini dapat terwujud apabila pembelajaran dilaksanakan dengan menyentuh potensi diri manusia berupa koginitif, apektif dan psikomotor. Aspek kognitif menjadi jendela masuknya ilmu pengetahuan kepada diri seseorang, setelah ilmu pengetahuan tersebut di ketahui, kemudian difahami, di persepsi, dihayati dan diamalkan. Rangkaian proses terbentuknya pengetahuan siswa tentang ketuhanan harus dikawal sejak dini melalui proses pembelajaran dan pendidikan yang baik agar pengetahuan tersebut memberikan sumbangan positif dalam perkembangan kejiwaan seorang anak didik.
Pengawalan pendidikan tersebut dapat dilakukan dengan baik apabila, pendidik melakukan tugasnya dengan ikhlas didukung oleh suasana dan lingkungan pendidikan yang baik.

2. Akhlak mulia mencakup persoalan etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama
Pemahaman seseorang terhadap agama dapat terwujud lewat prilaku dan akhlakul karimah yang diperaktekkan sehari-hari. Keberagamaan seseorang diejawantahkan dalam hubungan seseorang dengan Tuhannya, masyarakat disekitarnya dan lingkungan alam dimana ia berada. Seseorang dianggap baik, bukan pengakuan pribadi, melainkan pengakuan dari orang-orang yang ada disekelilingnya. Oleh karena itu etika, budi pekerti yang diamalkan seseorang merupakan perwujudan dari pendidikan agama yang dia peroleh baik dirumah, sekolah maupun lingkungan.

3. Meningkatkan potensi spiritual
Manusia diberikan Tuhan potensi kecerdasan intelektual, emosional dan spritual. Potensi spritual ini di yakini sebagai potensi seseorang merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Seseorang merasa bahwa dirinya diatur, dipelihara, dilindungi dan kasihi oleh Tuhan. Melalui potensi spritual pula seseorang dapat merasakan bahwa gerak-geriknya diawasi oleh Allah SWT dan harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT.

4. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan
Potensi spritual tidak otomatis meningkat, hal ini membutuhkan pengasahan lewat penanaman nilai-nilai agama, pelaksanaan ta’lim dan dakwah, pelaksanaan ritual keagamaan, kajian-kajian keagaman dan diskusi seputar agama dan permasalahan keagamaan.

5. Peningkatan potensi spritual bertujuan untuk mengoptimalkan berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pada hakikatnya, ajaran agama menuntun manusia agar hidup secara bermartabat sebagai makhluk Allah SWT. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya bukan saja dalam bentuk fisik, melainkan juga dalam prilaku dan kebudayaan. Manusia adalah makhluk Allah yang berbudaya yang memegang nilai-nilai moral dan nilai-nilai ketuhanan sebagai hasil dari pendidikan dan penyerapan nilai-nilai yang ada di lingkungannya.
Agama merupakan satu-satunya penuntun kehidupan manusia agar menjadi makhluk yang beradab dan bermartabat.

B. Tujuan Pembelajaran PAI
1. Al-Qur'an-Hadis
Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al-Qur'an dan hadis dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek dalam al-Qur'an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadis-hadis tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar adalah untuk: (1) pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang men¬yangkut: rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri; (2) pengembangan kemampuan baca-tulis-hitung dan bernalar, keterampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadan Tuhan YME; serta (3) fondasi bagi pendidikan berikutnya. Di samping itu, juga mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11 tahun adalah operasional konkret (Piaget). Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga merupakan masa social imitation (usia 6 - 9 tahun) atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga, guru, dan teman-teman sepermainan), usia 9 – 12 tahun sebagai masa second star of individualisation atau masa individualisasi, dan usia 12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial. Secara substansial mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur'an-hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk:
a. Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca al-Qur'an dan hadis;
b. Memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an-hadis melalui keteladanan dan pembiasaan;
c. Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman pada isi kandungan ayat al-Qur'an dan hadis.

2. Fikih
Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.
Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.

3. Akidah-Akhlak
Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.
Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

4. Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
5. Bahasa Arab
Mata pelajaran Bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan hadis, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam bagi peserta didik.
Untuk itu, bahasa Arab di madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan dasar (elementary) dititikberatkan pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (intermediate), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara seimbang. Adapun pada tingkat pendidikan lanjut (advanced) dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis, sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai referensi berbahasa Arab.

Mata pelajaran Bahasa Arab memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
b. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.
c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI MI
1. Al-Qur'an-Hadis
Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur'an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
b. Hafalan surat-surat pendek dalam al-Qur'an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.
2. Fikih
Ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

3. Akidah-Akhlak
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Aspek akidah (keimanan) meliputi:.
1) Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah, alhamdulillaah, subhanallaah, Allaahu Akbar, ta’awwudz, maasya Allah, assalaamu’alaikum, salawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfaar.
2) Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahmaan, ar-Rahiim, as- Samai’, ar-Razzaaq, al-Mughnii, al-Hamiid, asy-Syakuur, al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, al-‘Azhiim, al- Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Baathin, al-Walii, al-Mujiib, al-Wahhiab, al-’Aliim, azh-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam, al-Mu’min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, al-Muhyi, al-Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir, al-Ghafuur, al-Afuww, ash-Shabuur, dan al-Haliim.
3) Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah, al-asma’ al-husna dan pengenalan terhadap salat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.
4) Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah)

b. Aspek akhlak meliputi:
1) Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal.
2) Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.

c. Aspek adab Islami, meliputi:
1) Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.
2) Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
3) Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman, dan tetangga
4) Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan.

d. Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS, Tsa’labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.

4. Sejarah Kebudayaan Islam
Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi :
a. Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
b. Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
c. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.
d. Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.
e. Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.

5. Bahasa Arab
Ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah meliputi tema-tema tentang perkenalan, peralatan madrasah, pekerjaan, alamat, keluarga, anggota badan, di rumah, di kebun, di madrasah, di laboratorium, di perpustakaan, di kantin, jam, kegiatan sehari-hari, pekerjaan, rumah, dan rekreasi.

D. Karakteristik Pembelajaran PAI
1. Materi Terbuka
Materi yang ruang lingkup dalam SK-KD nya sangat luas, contoh: Membaca ayat-ayat Al-Qur’an.

2. Materi Tertutup
Materi yang SK-KD nya sudah pasti (sudah ditentukan), contoh: melafalkan Surat Al-Fatihah ayat 1-5

3. Materi Berjenjang
Materi yang SK-KD nya berkelanjutan (dijumpai dalam jenjang sebelum dan sesudahnya), merupakan materi yang berkelanjutan, Contoh: Menghafal Al-Qur’an surat-surat pendek pilihan

4. Materi Berkelanjutan
Materi yang SK-KDnya sama pada beberapa jenjang (dilihat dari tata urutannya), contoh: Menyebutkan lima dari Asma’ul Husna
5. Materi Terbuka
a. Memerlukan interpretasi dengan memperhatikan kesesuaian dengan kebutuhan atau kondisi peserta didik.
b. Memerlukan kreatifitas guru dalam penyajian pembelajaran.
c. Memungkinkan untuk memilih dari berbagai alternatif yang mungkin dan sesuai dengan kebutuhan atau kondisi peserta didik. Contoh ;
Al Quran:
1) Huruf-Huruf Al Quran
2) Ayat-ayat Al Quran
3) Surat-surat Pendek

Aqidah:
1) Ciptaan Allah
2) Asmaul Husna
3) Sifat Wajib dan Mustahil Allah

Akhlak:
1) Perilaku jujur
2) Perilaku hormat
3) Perilaku hidup sederhana
4) Keteladanan perilaku Rasul masa kanak-kanak

Fiqih:
1) Contoh gerakan salat
2) Bacaan salat
3) Dzikir dan doa setelah salat

6. Materi Tertutup
a. Sudah ditentukan ruang lingkupnya
b. Jika ada pilihan terbatas
c. Memudahkan guru dalam menentukan materi
d. Tidak memerlukan interpretasi
Contoh :
Al Quran:
1) Surat Al Fatihah
2) Surat Al Fiil
3) Surat An Nashr

Aqidah:
1) Enam Rukun iman
2) Kitab-kitab Allah
3) Nama Hari Akhir

Akhlak:
1) Perilaku taubatnya nabi Adam
2) Masa Kelahiran Rasul
3) Kesabaran Nabi Ayub

Fiqih:
1) Rukun Islam
2) Doa sesudah wudlu
3) Lafal adzan dan ikomat

7. Materi Berjenjang
a. Materi sama meskipun tingkatnya berbeda
b. Penekanan kompetensi yang berbeda
c. Disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai
d. Memerlukan pengayaan penguasaan awal dan akhir tujuan
e. Menyesuaikan strategi dalam setiap pencapaian tujuan pada setiap jenjang

Contoh
Al Quran:
Materi Kelas I
1) Al Fatihah
a. Materi kelas VI
2) Al Fatihah
a. Materi kelas II
3) An Nashr
a. Materi Kelas VI
4) An Nashr
Akhlak:

Materi kelas I
Perilaku hormat kepada orang tua dan Guru
Materi kelas II
Perilaku hormat dan santun kepada orang tua dan guru

Fiqih:
Materi Kelas I
Berwudlu
Materi Kelas II
Bewudlu
Materi kelas II
Shalat
Materi Kelas III
Shalat
Materi kelas IV
Shalat

8. Materi Berkelanjutan
Kedalaman antar tingkat materi tidak sama, sehingga sebuah materi lanjutan dari materi-materi yang sebelumnya.
Penyajian kadang tidak berurutan
contoh
Al Quran:
Materi kelas I
Al Fatihah
Materi kelas II
An Nashr
Materi kelas IV
Al Lahab
Materi kelas V
Al Maun
Lanjutan
Aqidah Akhlak:
Materi kelas I
Rukun Iman
Materi Kelas II
Kalimat Syahadat
Materi Kelas IV
Sifat-Sifat Allah
Ahlak:
Materi kelas I
Perilaku Jujur
Materi kelas II
Perilaku Rendah Hati
Materi Kelas V
Keteladanan Perilaku Disiplin Umar bin Khatab

9. Manfaat Pemetaan Materi PAI
a. Mengetahui hubungan antara satu KD dengan KD yang lain
b. Memudahkan pengembangan materi dan penyusunan bahan ajar
c. Memudahkan penetapan model dan strategi pembelajaran yang tepat
d. Memberi arah dalam merancang kegiatan pembelajaran
e. Memudahkan menentukan sumber dan alat pembelajaran pendukung
f. Menjadi acuan penentuan instrumen penilaian

10. Pemetaan Materi PAI
1. Langkah-Langkah Pemetaan Materi
a. Memahami SK-KD
b. Mengelompokkan SK-KD untuk semua aspek
c. Menentukan hubungan dari masing-masing aspek satu sama lain
d. Menentukan strategi pembelajaran yang cocok
e. Merumuskan kegiatan pembelajaran
f. Menentukan peralatan
g. Menentukan jenis dan bentuk penilaian

2. Format Pemetaan Materi


FORMAT PEMETAAN MATERI PAI
KELAS : / SEMESTER :

Satuan Pendidikan :

Materi Materi Terkait dan Keterkaitan nya Stategi Pembelajaran yang Cocok Kegiatan Pembelajaran Alat & Sumber Penilaian




























CONTOH PEMETAAN MATERI PAI
KELAS : / SEMESTER :

Satuan Pendidikan :
Materi Materi Terkait dan Keterkaitan nya Stategi Pembelajaran yang Cocok Kegiatan Pembelajaran Alat & Sumber Penilaian

Al-Qur’an
1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
2. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah.
3. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang Demokrasi


(ikhlas, demokrasi, iptek, melindungi duafa


Role playing Membuat naskah drama
Membagi peran
Setting tempat
Skenario
refleksi

Sound
Naskah drama
kostum
pengamatan

4. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang perintah menyantuni kaum Dhu’afa

5. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup

6. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang anjuran bertoleransi

7. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang etos kerja

8. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang pengembangan IPTEK


BAB III
PENUTUP
Materi PAI merupakan materi penting dalam menunjang tercapainya tujuan nasional pendidikan di Indonesia. Dengan materi ini diharapkan dapat membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, menciptakankan manusia yang berakhlakul karimah melalui pembiaasaan. Berhubung materi ini cukup penting, perlu di persiapkan pembelajarannya dengan baik mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pemetaan materi ini dimaksudkan untuk membantu merencanakan pembelajaran yang baik dan maksimal agar waktu yang tersedia, dapat digunakan secara maksimal meneransfer pengetahuan, nilai-nilai dan doktrin kegamaan sebagai media terwujudnya insan yang dicita-citakan dalam tujuan pendidikan nasional
Dalam pemetaan materi ini, materi PAI diperdalam sesuai dengan ruang lingkup ( Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fiqh dan SKI), karakteristik (materi terbuka, tertutup, berjenjang dan berkelanjutan). Materi-materi ini diidentifikasi menurut temanya, kemudian dikaitkan dengan materi lain, sehingga ditemukan bahwa salah satu materi pada dasarnya tidak berdiri sendiri melainkan berkaitan satu sama lain. Materi yang sudah diidentifikasi, ditentukan model atau metode yang tepat dalam pembelajarannya, ditentukan alat yang diperlukan dalam pembelajaran dan dipilih evaluasi yang dapat mengukur keterampilan sesuai dengan yang diinginkan SK-KD.
Hasil pemetaan materi ini, dijadikan bahan menyusun rencana pembelajaran untuk diimplementasikan dalam pembelajaran dikelas.








DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra, 1989) Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Pendidikan, (Cet. I; Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1989
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Cet. V; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990)
Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun 2008
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,Bandung: Pustaka Pelajar, 2009.
Sapari, Drs, Penulisan Butir Soal Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Assosiasi Pengawas, 2008
Tadjab, M.A, Ilmu Jiwa Pendidikan (Cet. I; Surabaya: Karya Abditama, 1994), h. 20
Zuhairih, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1995)